Tahun ini merupakan tahun kedelapan LaSalle College Jakarta menunjukan eksistensinya di ajang
fashion bergengsi ini. Acara ini merupakan sebuah kesempatan bagi LaSalle College Jakarta jurusan Fashion Design dan Fashion Business untuk mempromosikan
brand mereka kepada publik.
LaSalle College Jakarta mempersembahkan sembilan desainer muda dan karya mereka. Salah satunya adalah Bella Fransisca dengan
brand bellafransisca dan koleksi bernama
Sticky Situation. Koleksi yang memiliki aksen 3D menyerupai kertas catatan ini terinspirasi dari pentingnya kata-kata yang tidak sering diingatkan maupun diucapkan.
Desainer yang kedua adalah Fidelia Inetta Lius dengan
brand Filie. Tema koleksi yang diperagakan merupakan dedikasi penyatuan budaya Peru dan budaya NTT. Keduanya memiliki banyak kesamaan dalam koleksi kain dan pilihan warna. Kain utama dari koleksi ini adalah kain buna yang memiliki banyak variasi warna dan pola yang unik.
Desainer ketiga adalah Ervina Michelle dengan
brand LIEM. Untuk koleksi ini, ia menggabungkan dua renungannya tentang ibu dan tegel kunci Yogyakarta. Untuk memperindah, ia juga menampilkan potongan budayanya sebagai seorang Peranakan melalui berbagai kain dengan sulaman tangan, cetakan, dam manik-manik. Koleksi ini memberikan representasi keanggunan, kesederhanaan dan sikap antusias yang merupakan
imej dari mendiang ibunya.
Kemudian, ada Maria Nathania Tjuhanda dengan
brand MARIA TJU. Dengan koleksinya yang bertajuk “
ROARING 20’s” yang terinspirasi oleh wanita
flapper yang glamor dan kuat, juga keseluruhan tahun 1920’an yang mewah. Koleksi ini dilengkapi dengan
creative beadings yang kontemporer dan minimalis.
Desainer kelima adalah Rashesa Putri Sabrina. Dalam Jakarta Fashion Week 2019, Rashesa menghadirkan koleksi “
DELA GOSI”. Koleksi ini menggambarkan sosok wanita
fashionable yang memadukan kain tenun tradisional khas sulawesi Selatan dengan denim.
Yang dihadirkan berikutnya adalah Christi Erning dengan koleksinya yang berjudul “
Genesis 1:25”. Referensi tulisan suci tentang kelahiran manusia pertama di bumi melambangkan kelahiran mereknya sendiri. Koleksi ini mengambil penyelaman mendalam ke dalam tahapan janin sampai kelairannya menjadi bayi.
Desainer ketujuh adalah Putri Mudita. Terinspirasi oleh Athena, dewi perang dalam mitologi Yunani, Putri Mudita melahirkan sebuah koleksi yang memukau dengan siluet yang tegas dan ringkas. Kemudian, Prasomya Santika hadir pula dengan koleksinya yang bertajuk “
POPULUX” yang terinspirasi dari arsitektur dan seni perkotaan dari abad pertengahan tahun 1950.
Desainer terakhir adalah Selphie Usagi dengan koleksinya yang bertemakan “Euclid”, yang terinspirasi dari tokoh matematika Euclid yang adalah pencetus geometri. Untuk mencerminkan penghormatan terhadap beliau, kain-kain bermotif bentuk-bentuk geometris dipakai oleh Selphie dalam koleksi ini. (AUL/ZGY)