Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya, Digo, melancong Eropa. Bukan hanya untuk menikmati indahnya arsitektur Italia yang mahsyur, namun juga untuk mempelajari lebih dalam lagi dunia mode yang sudah saya geluti selama ini. Saya mendapat kesempatan tiga minggu, dari tanggal 4 -31 Januari 2017, belajar di Istituto Marangoni sebagai hadiah kemenangan saya di Lomba Perancang Aksesori 2015. Masuk kelas intensif di salah satu
fashion capital di dunia, merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam hidup saya. Perasaan saya campur aduk. Senang, takut,
excited, dan khawatir, membaur jadi satu.
Saat itu musim dingin, udara pagi hari bisa turun hingga 6 derajat celcius. Tapi semangat saya mengalahkan rasa dingin yang menusuk sampai ke tulang itu. Setiap hari saya berjalan kaki sekitar 20 menit dari tempat saya tinggal menuju kampus Istituto Marangoni. Sekolah mode ini terletak di sebuah gedung enam lantai, tak jauh dari Duomo, katedral terbesar di Milan yang juga merupakan pusat kota. Jalanan ini merupakan pusat belanja yang dipenuhi butik-butik dari
brand ternama dunia. Lokasi yang sungguh tepat untuk sebuah sekolah mode.
Kelas yang saya masuki seperti miniatur dunia karena para murid datang dari seluruh dunia. Murid-murid di Marangoni ini berdandan sangat keren, menurut saya. Mereka tak ragu mengekspresikan gaya yang diminatinya ke dalam penampilannya sehari-hari. Sungguh menginspirasi dan sangat berani.
Dalam waktu 3 minggu, kami diberikan arahan melalui
trend-forecast — atau panduan tren di tahun berikutnya sebagai pengantar untuk membuat sebuah
mini collection sebagai tugas akhir belajar. Kami dibekali berbagai
workshop, seperti pengetahuan kain,
fashion influence,
fashion marketing, hingga membuat portofolio yang layak. Dalam jangka waktu yang cukup singkat, saya menyerap begitu banyak ilmu baru yang begitu berharga dan bisa jadi modal pengembangan desain saya ke depannya.
Di sela-sela belajar di dalam kelas, kami diberi tugas untuk
fabric sourcing ke sejumlah toko kain di Milan. Ternyata, begitu banyak ragam tekstil yang saya temukan di sini. Pengetahuan saya bertambah lagi. Di toko-toko ini saya melihat material kain dari bahan natural dan merupakan kualitas terbaik Italia.
Saya bertekad menggunakan waktu sebaik-baiknya selama saya berada di Milan untuk menyerap inspirasi. Jadi di luar jam sekolah, saya menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi kota. Saya tertarik pada arsitektur, jadi mendatangi bangunan-bangunan bersejarah menjadi kesukaan saya. Kota ini dipenuhi gaya arsitektur
baroque yang dipertahankan dengan cara difungsikan untuk keperluan masa sekarang tetapi tidak mengubah bentuk asli bangunannya. Di sisi lain, saya sangat tertarik dengan
street art seperti mural dan grafitti yang banyak menghiasi tembok-tembok di sudut kota.
Kegiatan lain yang saya gemari selama di Milan adalah mengunjungi museum, kapan lagi! Saya pun mengunjungi Palazzo Morando, 10 Corso Como, dan Fondazione Prada. Salah satu museum yang paling saya sukai adalah Armani/Silos, yang didedikasikan untuk desainer
Giorgio Armani. Museum ini didirikan sebagai pengingat perjalanan karier Giorgio Armani selama 40 tahun terakhir. Dibangun di atas lahan 4500 meter, museum dengan bangunan minimalis berwarna abu-abu ini ini terletak di pinggiran kota Milan yang jauh dari hiruk pikuk.
Jujur saya bukan pencinta karya Giorgio Armani, tetapi setelah datang ke museum ini, dalam sekejap saya langsung jatuh hati pada karya-karyanya. Siluet Armani memang cenderung klasik dan tidak banyak keunikan, tetapi kalau kita melihatnya lebih dekat,
craftmanship yang ia suguhkan sungguh luar biasa — di luar kemampuan berpikir kita. Saya kira dia jenius! Armani mendesain busana dengan siluet yang klasik, namun detail dan bahan yang ia pakai membuat rancangannya tak terkalahkan.
Perjalanan ini sungguh berkesan. Setiap hal kecil yang saya temukan setiap hari di dalam kelas maupun di luar kelas sungguh-sungguh menjadi pembelajaran dan inspirasi untuk saya. Milan dan kekhasannya sebagai
fashion capital rasanya menambah semangat saya berlipat-lipat untuk memacu diri untuk menghasilkan karya-karya baru yang tak hanya indah secara kasat mata, tapi juga berkualitas dari segi material dan tentu saja pengerjaannya.
Grazie mille, Femina dan Istituto Marangoni!
_____________________________________________________________________________________
teks: Yonathan Digo Permadi & Arni Kusumadewi.
Foto: Shutterstock, dok.istitutomarangoni.com, marcodilauro.com & Dok. Yonathan Digo Permadi
Ingin ikut jejak Digo?
Jadilah desainer aksesori kontemporer yang inovatif melalui Lomba Perancang Aksesori (LPA) 2018! Cek persyaratan selengkapnya & unduh formulir pendaftaran di sini. Kirimkan sketsamu sebelum 20 Agustus 2018.