The Woolmark Company akan kembali menggelar The Woolmark Prize dalam waktu dekat ini. Lewat kompetisi internasional dua tahunan tersebut, otoritas global dalam wol, yang merupakan bagian dari Australian Wool Innovation itu mencari talenta-talenta muda dari segala penjuru dunia, yang memiliki kreativitas tinggi untuk mengolah bahan wol menjadi koleksi yang indah dan menawan.
Hal itu diiungkapkan oleh Lucrezia Seu, International Woolmark Prize Asia Project Manager, dalam sesi talkshow yang digelar di sela-sela Jakarta Fashion Week 2016 hari keempat, Selasa, 27 Oktober 2015. “Mulai akhir tahun ini akan dimulai screening untuk mencari desainer yang akan mewakili Indonesia. Kemudian, pada awal tahun depan, desainer tersebut akan bersaing di tingkat regional untuk mewakili Asia,” kata Lucrezia.
Satu periode kompetisi, sambung Lucrezia, membutuhkan waktu selama 21 bulan, mulai dari proses nominasi, penjurian, sampai akhirnya karya-karya para pemenang dijual di berbagai ritel yang bermitra dengan Woolmark. Tak tanggung-tanggung, semuanya merupakan ritel bergengsi, seperti Saks 5th Avenue New York, Harvey Nichols London, dan Isetan Jepang.
Untuk bisa dinominasikan dalam The Woolmark Prize, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah desainer menswear ataupun womenswear, solo atau tim kecil yang terdiri dari maksimal tiga orang, warga negara Indonesia, memiliki maksimal 6 tahun pengalaman dalam bisnis mode dan maksimal 30 outlet ritel, serta siap memproduksi koleksinya dalam jumlah besar. Pemenang The Woolmark Prize memang diwajibkan menjual koleksi mereka ke mitra Woolmark.
Yang pasti, kata Lucrezia, memberikan tip untuk memperbesar kemungkinan terpilih, sang desainer harus sangat familiar dengan bahal wol, karena nantinya akan banyak menangani material tersebut. Proses penjurian juga akan menilai dari sisi rencana bisnis rencana pengembangan, moodboard, sketsa desain, sampai peragaan busana.
The Woolmark Prize sendiri memiliki reputasi sebagai salah satu penghargaan prestisius, yang mengangkat desainer muda ke panggung dunia, sejak 1953. Tak sedikit alumni pemenang The Woolmark Prize yang kini diakui sebagai pemain unggul dalam ranah mode global. Sebut saja Karl Lagerfeld dan Yves Saint Laurent, yang memenangkan penghargaan tersebut pada tahun 1954, saat mereka masih berumur 21 dan 18 tahun, dalam kategori coat dan dress. Rahul Mishra, desainer India yang menggelar show di hari pertama Jakarta Fashion Week 2016, pun adalah salah satu pemenang The Woolmark Prize periode 2014-2015.
Setelah sempat hiatus untuk beberapa saat, kompetisi itu dihidupkan kembali pada 2012. Banyak nama besar yang juga telah dudul dalam panel penjurian, seperti Donatella Versace, Frida Giannini, Franca Sozzani, dan Victoria Beckham. Nah, apakah Anda siap bersaing di skala global?
Penulis: Devi Agustina