News

Presentasi Gaya Personal Lima Desainer Wanita di Pergelaran 'She Rises'

Saturday, 26 Oct 2024

by JFW

Sebagai bagian dari DEWI's Luxe Market di Jakarta Fashion Week 2025, hadir lima jenama dari para desainer wanita dalam pergelaran bertema She Rises pada Sabtu, 26 Oktober 2024. Dalam fashion show ini, jenama-jenama Callie x Nagita Slavina x IKYK, Cover Me Not, dan Lanivatti menampilkan koleksi yang menonjolkan karakter kuat yang menjadi DNA jenama masing-masing. Mereka mempresentasikan gaya personal yang memancarkan semangat feminin modern.
 
Keselarasan dalam Keragaman pada Koleksi Harmoni
Jenama Callie, Nagita Slavina, dan IKYK berkolaborasi dan menyatukan ide-ide kreatif dan semangat dari para desainernya lewat koleksi bertema Harmoni. Permainan bahan, tekstur, desain, dan warna di koleksi ini mencerminkan karakter dari masing-masing jenama: Callie membawa semangat kebebasan dan keunikan setiap wanita, Nagita Slavina menambahkan sentuhan kasual penuh warna yang ceria, sementara IKYK memperkaya dengan nuansa modest bersiluet oversized dan detail pleats yang khas.
 
Foto: Koleksi Harmoni dari jenama Callie X Nagita Slavina X IKYK

Ada 16 look yang ditampilkan, setiap look-nya menggabungkan elemen-elemen berupa keragaman materi kain, teknik inovatif seperti detail laser-cut pada pleats, tekstur garis, serta denim washed dengan jahitan menyolok. Penambahan leg warmer seakan membawa audiens ke dekade 1980-an saat fashion item ini menjadi tren pertama kali dan saat ini kembali digemari oleh Gen Z.  
 
Walau ditujukan untuk wanita muda, tapi gaya modest tetap diterapkan lewat siluet-siluet longgar dan teknik layering. Keseluruhan look menonjolkan kenyamanan sambil tetap tampil dinamis dan kasual, merepresentasikan keberagaman wanita muda modern.

Baca juga: DEWI's Luxe Market “Suara Bumi” Mempersembahkan Adrie Basuki, DIGO Designs, dan KALLArona
 
Foto: Para desainer dan model menutup parade koleksi Harmoni

Kekuatan Budaya dalam Koleksi Lereng
Desainer Kelly Tandiono mempersembahkan koleksi terbaru bertajuk Lereng dari jenamanya, Cover Me Not, yang terinspirasi dari motif batik parang dan mencerminkan dinamika kehidupan yang penuh liku dan naik-turun. Koleksi yang terdiri dari 20 look ini menampilkan busana-busana santai yang edgy yang cocok untuk ke pantai.
 
Foto: Koleksi Lereng dari jenama Cover Me Not
 
Lereng menjadi simbol kecintaan Kelly pada budaya lokal yang kuat namun tetap beradaptasi dengan kebutuhan masa kini. Untuk itu, ia berkolaborasi dengan seniman wayang Nanang Hape, pendiri komunitas Wayang Urban, untuk menginterpretasikan batik parang dalam cara yang segar.  Ia juga menggandeng Hagung Sihag untuk menciptakan ilustrasi batik parang secara modern untuk menarik perhatian generasi muda.
 
Tak hanya oleh model, busana-busana ini ikut dibawakan oleh para muse dari latar belakang berbeda, mencerminkan semangat inklusivitas yang diusung oleh Cover Me Not. Beragam atasan dengan gaya halter, tanktop, kemben, serta kemeja santai untuk pria, dikenakan bersama celana pendek dan rok pendek. Ada pula aneka swimwear dan cover up yang dikenakan dengan percaya diri oleh para muse yang memiliki bentuk tubuh bervariasi.

Baca juga: Selebrasi Inovasi Jenama Lokal pada Malam Penganugerahan Fashion Force Awards 2024

Foto: Kelly Tandiono serta para muse dan model berjalan bersama mempersembahkan koleksi Lereng

Cerita Perjalanan dari Berlin dan Kathmandu di Koleksi Passage
Perjalanan ke dua kota dunia, Berlin di Jerman dan Kathmandu di Nepal, menjadi inspirasi bagi Nicoline Patricia Malina, pendiri jenama Lanivatti, untuk koleksi Passage. Dari dua kota yang sangat berbeda ini, ia mengambil elemen-elemen yang menonjol yang kemudian diintegrasikan menjadi karya fashion yang menceritakan perjalanan dan penemuan diri.  
 
Foto: Koleksi Passage dari jenama Lanivatti

Kota Berlin yang sibuk, megah, dan penuh bangunan bersejarah ditampilkan lewat palet warna monokromatik berupa hitam, off-white, dan krem. Sementara Kathmandu dan area sekitarnya yang identik dengan kekayaan budaya, pemandangan pegunungan, serta kuil-kuil suci, ditampilkan lewat warna-warna alam seperti kuning kunyit, safron, kayu manis, dan hijau giok.
 
Busana-busana berstruktur khas Lanivatti berupa blazer dan jaket safari berbahan linen, katun, dan tencel, ditampilkan lebih relaks sehingga cocok untuk dikenakan saat bepergian. Penggunaan kain sutra jacquard dan sari India menambahkan sentuhan etnik pada gaya yang kontemporer. Foto-foto berbagai bangunan khas Berlin dan Kathamandu yang tercetak di atas kain semakin menguatkan pemikiran bahwa pencarian inspirasi untuk karya-karya kreatif dapat dilakukan melampaui batasan wilayah.

Foto: Keseluruhan koleksi Passage dari jenama Lanivatti