News

Mengikat Janji dalam Balut Tradisi: Inspirasi Busana Pernikahan Khas Indonesia

Thursday, 5 Dec 2024

by JFW

Di tengah gempuran modernisasi dan besarnya pengaruh desain dari ragam belahan dunia, tetap ada satu acara saat keinginan untuk berpenampilan sesuai tradisi terasa begitu kuat. Tak lain dan tak bukan adalah acara pernikahan. Bagaimanapuncara berpenampilan sehari-hari, pada hari pernikahan yang istimewa, umum rasanya untuk kembali ke akar budaya dan tradisi masing-masing sesuai suku dan etnisitas.

Setiap daerah memiliki keunikan busana pernikahannya masing-masing, lengkap dengan rangkaian adat dan tradisinya. Ada yang mempertahankan rangkaian yang pakem, tapi tidak sedikit yang memilih untuk mempersonalisasi gaya tradisional
. Mulai dari penggunaan warna, potongan, hingga pemilihan corak dan desain dapat dipersonalisasi sesuai keinginan kedua mempelai tanpa meninggalkan esensi dasar sebuah busana tradisional.

Sebagai pekan mode yang tidak hanya menampilkan busana
ready-to-wear, Jakarta Fashion Week 2025 ikut menampilkan kreasi busana pernikahan anggun karya para desainer Indonesia. Aneka busana elegan mengangkat inspirasi dari berbagai tradisi dan budaya, dengan penambahan wastra yang menarik untuk menjadi pilihan.

Kebaya-kebaya Putih yang Anggun dari DIGO Designs
Tema yang diangkat dalam koleksi DIGO Designs kali ini memiliki korelasi langsung dengan tema pernikahan dan janji suci, yaitu Faithfulness. Koleksi rancangan dari desainer Yonatan Digo Permadi ini menggambarkan momen seorang wanita yang mengidam-idamkan seorang pasangan hidup, menantikan momen saat cinta mereka dapat diikat dalam sebuah janji sehidup semati yang puitis dan penuh kesungguhan.
 

Foto: Koleksi busana pengantin dari DIGO Designs


Konsep ini diterjemahkan ke dalam desain kebaya berwarna mayoritas putih dan krem muda, yang menggunakan bahan-bahan dari sisa produksi berupa kombinasi renda dan rajut antik. DIGO Designs menampilkan desain tradisional Bali tempat asalnya dengan pemilihan warna hitam dan putih serta aksen warna merah yang merupakan simbol dari Tridatu, dipadukan dengan kain-kain batik yang didapatkan dari Pasar Beringharjo, Jogjakarta. 

Kebaya tradisional yang memeluk lekuk tubuh dengan elegan, dibuat lebih menarik dengan sentuhan modern seperti korset dan
veil yang menjuntai panjang. Nuansa putih yang umum untuk prosesi akad menjadikan koleksi ini tampak begitu cocok untuk sang mempelai wanita yang ingin terlihat cantik menawan.

Baca juga: Dewi Luxe Market “Suara Bumi” Mempersembahkan Adrie Basuki, DIGO Designs, dan KALLArona

Keindahan Kembang Tujuh Rupa dalam Koleksi Kontemporer Studio Jeje
Studio Jeje adalah butik besutan desainer Angelita Nurhadi yang berspesialisasi pada busana custom-made yang banyak menjadi pilihan untuk busana-busana bridal. Studio Jeje memiliki sentuhan unik tersendiri dalam mengaplikasikan motif dan payet, yang pada koleksi kali ini, dipadukan dengan motif tradisional dengan unsur-unsur modern yang feminin seperti pita dan motif bunga.
 

Foto: Inspirasi detail payet dari Studio Jeje


Di pergelaran Dewi Fashion Knights New Wave, Studio Jeje membawakan koleksi bertajuk Kembang Tujuh Rupa yang mengambil inspirasi dari tradisi penyucian menggunakan kembang tujuh rupa dalam budaya Jawa. Koleksi ini memang terbilang cukup edgy dan eksperimental, bukan menjadi inspirasi busana pernikahan yang umum. Walau demikian, turunan dari motif payet khas dan jaket-jaket panjang nan megah dari koleksi ini dapat menjadi opsi untuk busana resepsi yang lebih menyolok dan artsy.

Kebaya Tradisional yang Memukau dari Chossy Latu
Tidak ada yang menandingi indah memukaunya seorang pengantin Jawa dalam balutan kebaya tradisional. Chossy Latu sebagai desainer ternama menampilkan kepiawaiannya dalam menciptakan model kebaya anggun mewah yang sungguh-sungguh tradisional dalam koleksinya yang berjudul Floral Affair. Penambahan veil dan ekor yang panjang menjuntai sampai ke lantai memberi sentuhan kontemporer bagi memperkuat aura bridal.

Foto: Koleksi busana pengantin tradisional dari Chossy Latu


Hadir dalam dua warna yang sangat berbeda tapi memberi keseimbangan, yaitu putih dan hitam, kedua busana ini dapat menjadi pilihan kuat, baik untuk acara akad maupun resepsi pernikahan. Model kebaya tradisional seperti ini akan bertambah keanggunannya jika dikenakan bersama dengan dandangan tradisional sesuai pakem seperti sanggul dan paes, dipermanis lagi dengan untaian melati. 

Baca juga: Interpretasi Baru Tenun Nusantara di Jakarta Fashion Week 2025

Rendisi Modis dari Busana Poskolonial dalam Koleksi Adrian Gan
Tak terhindari, gaya berbusana wanita di Indonesia telah terpengaruh oleh gaya busana wanita dari negara-negara penjajah, yaitu Belanda dan Portugis, termasuk gaya busananya yang sudah berakulturasi. Ini ditampilkan oleh Adrian Gan dalam koleksinya yang menutup seluruh rangkaian Jakarta Fashion Week 2025 pada malam pergelaran Dewi Fashion Knights: Indonesiana. Ia menampilkan sebuah koleksi yang merayakan keindahan dari the working class culture di Indonesia masa poskolonial, termasuk busana pengantin.
 

Foto: Inspirasi busana pengantin dari Adrian Gan


Sepasang busana pengantin yang menutup koleksi ini menghadirkan unsur desain Eropa klasik berpadu dengan model busana Jawa dalam bentuk kutang nenek. Meskipun secara desain lebih condong kepada pengaruh Eropa klasik, tapi busana ini dapat dikreasikan dengan wastra pilihan untuk menonjolkan unsur tradisional.

Dapatkan info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2025 di situs ini, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan Pinterest. (JFW)

Foto: Dok.JFW

Baca juga: