Selama lebih dari empat dekade, Lomba Perancang Mode (LPM) telah melahirkan perancang-perancang busana terkemuka Indonesia. Mereka tidak hanya mampu membuat karya-karya yang dikagumi di dalam maupun luar negeri, tetapi juga sukses memberikan pengaruh terhadap dunia mode Indonesia.
Siapa yang tidak pernah mendengar nama-nama, seperti Samuel Wattimena, Edward Hutabarat, Chossy Latu, Carmanita, Itang Yunasz, Musa Widyatmodjo, Denny Wirawan, Ferry Soenarto, hingga generasi terbaru seperti Andreas Odang, Billy Tjong, Jeffry Tan, Tex Saverio, Vinora Ng, Lulu Lutfi Labibi, Friederich Herman, Hian Tjen, Cynthia Tan, Albert Yanuar, Anthony Tandiono, Adrie Basuki, sampai Frederika Cynthia Dewi?
Selain membuat karya yang telah dipamerkan di dalam negeri maupun tingkat internasional, dan menjadi favorit para selebritas, para desainer alumni LPM juga sukses dari segi bisnis. Tidak heran LPM menjadi kompetisi fashion terbesar di Indonesia.
Menambah Khazanah
Bermula pada tahun 1979, ketika tiga majalah yang bernaung di bawah Femina Group, yaitu Femina, Gadis, dan Ayahbunda, kesulitan mencari desainer yang lebih variatif untuk tampil di majalah. Dari pengalamannya melanglang buana meliput acara-acara mode di dunia, dua wartawan mode senior Indonesia, Pia Alisjahbana dan Irma Hadisurya, melihat dunia mode internasional mampu melakukan regenerasi desainer-desainer modenya.
“Dari situlah timbul ide untuk membuat kompetisi mencari bakat perancang mode muda. Samuel Wattimena yang kala itu masih berusia 18 tahun pun muncul sebagai pemenang I LPM yang pertama,” cerita Svida Alisjahbana,
Chairwoman Jakarta Fashion Week
& CEO GCM Group.
Baca Juga: Denny Wirawan, Jeffry Tan, dan Lulu Lutfi Labibi Akui Lomba Perancang Mode Bukan Kompetisi Sembarangan(Koleksi Jeffrey Tan, alumni LPM 2005, pada show Mazda presents "Soul Of Motion" di Jakarta Fashion Week 2023)
LPM sendiri diadakan bukan hanya untuk kepentingan majalah semata. Lebih dari itu, tambah Svida, LPM hadir untuk menambah khazanah perancang mode di Indonesia. Sejak saat itu, LPM pun rutin diadakan setiap tahun hingga tahun 1996. Tahun selanjutnya terhenti karena krisis ekonomi di dunia.
Namun, semangat mencari bakat-bakat mode baru tidak pernah luntur. Pada tahun 2003, LPM kembali diadakan. Kali ini, menjadi
event yang berlangsung setiap dua tahun sekali untuk memberikan waktu kepada perancang-perancang muda agar lebih mempersiapkan diri berkompetisi. Kemudian, sejak tahun 2008, Jakarta Fashion Week menjadi tempat bagi para finalis LPM untuk menampilkan karya mereka di panggung mode.
Baca Juga: 3 Tips Penting Membangun Brand Fashion yang Sustainable dari Para Juri Lomba Perancang Mode
Perjalanan LPM 2023
Setelah 44 tahun, gemerlap LPM tidak juga padam. Pada Jakarta Fashion Week 2024, Lomba Perancang Mode 2023 kembali akan melahirkan desainer-desainer muda berbakat yang siap memperkaya dunia mode Indonesia.
Tahun ini. LPM hadir dengan tema
AUTHENTICITY. Melalui tema ini, LPM 2023 berupaya mengeluarkan energi kreatif para desainer muda dengan menyediakan
platform bagi mereka untuk mengekspresikan keaslian dan DNA desain yang kuat.
LPM 2023 pun telah memasuki putaran final. Sebanyak 351 peserta yang mendaftar, dipilihlah 20 semifinalis. Para semifinalis tersebut mewujudkan dua dari 10 sketsa yang mereka kirimkan untuk dipresentasikan di hadapan para juri.
Dewan juri LPM tahun 2023 adalah:
- Sebastian Gunawan (Desainer senior)
- Hian Tjen (Desainer alumnus LPM 2007)
- Aldi Indrajaya (Fashion Editor Dewi)
- Lisa Malonda (Brand Representative Istituto Maranggoni untuk Indonesia)
- Zoey Rasjid (Head of Marketing Asia Pacific Rayon)
Dari 20 semifinalis, akhirnya juri memilih 10 finalis LPM 2023 yaitu:
- Eric Joe (Judul rancangan: Everything All at Once)
- Faith Kendra (Judul rancangan: Conceal, Don’t Feel)
- Fellyza Sanjaya (Judul rancangan: A Dialogue of Art)
- Luthfiana Rusda (Judul rancangan: Jati Diri)
- NP Nyoman Ayu Trina Damayanti (Judul rancangan: Paus Pemimpi)
- Nurfathiyah Maulifah Qalbi (Judul rancangan: In My Blooming Era)
- Nurul Septi Dina (Judul rancangan: From The Past)
- Siska Ambarwati (Judul rancangan:Turonggo Yokso)
- Khanti Kamden Mabelle (Judul rancangan: Bamileke’s)
- Caroline Devina (Judul rancangan: Why Am I Still Feel Lonely?)
Para finalis akan merealisasikan lima dari 10 sketsa mereka. Lima rancangan dari masing-masing finalis nantinya akan tampil diperagakan pada
runway JFW 2024, sekaligus menjadi presentasi akhir. Dewan juri kemudian akan memilih tiga pemenang utama dan satu pemenang Asia Pacific Rayon (APR) Awards. Mereka memperebutkan total hadiah senilai puluhan juta rupiah tahun ini!
Yang menarik, juara pertama Lomba Perancang Mode 2023 tidak hanya akan mendapatkan uang
cash namun berkesempatan untuk mengenyam pendidikan
fashion di Istituto Marangoni. Sedangkan APR Awards diberikan Asia Pacific Rayon atas kreativitas dan inovasi sang pemenang ketika menggunakan bahan
viscose-rayon dalam koleksi mereka. APR pun tak segan untuk men-
support kain
viscose-rayon selama beberapa periode kepada pemenang APR Awards untuk beberapa koleksi busana yang akan dibuat oleh pemenangnya.
Kemitraan dengan APR menjadi langkah baru LPM untuk memasukkan elemen keberlanjutan dalam desain para desainer muda. Ini jadi bukti bahwa LPM bukan hanya membuat karya, tapi juga mengintegrasikan tanggung jawab sosial yang banyak disoroti saat ini. Artinya, LPM akan selalu berupaya bergerak maju dan relevan dengan tuntutan era modern.
Simak terus jadwal dan info terkini mengenai Jakarta Fashion Week
di situs ini,
JFW.TV, serta media sosial resmi JFW, yaitu
Instagram,
Facebook,
TikTok,
Twitter, dan
Pinterest.
(JFW)Baca juga:
In Retrospect: Perjalanan Mengasuh Talenta Muda dalam Lomba Perancang Mode
Mengenal 5 Prinsip Sustainable Fashion Para Desainer di JFW 2023
(Foto: Getty Image)