December 6, 2024
News
Monday, 8 Nov 2021
Seiring dengan kegiatan ekonomi yang melambat, penurunan daya beli adalah hal yang niscaya. Fakta itu hadir di dunia pasca-pandemi. Laporan “State of Fashion 2021” oleh McKinsey dan Business of Fashion menyebutkan faktor penurunan daya beli sebagai pendorong terbesar perubahan industri fashion global.
Menarik untuk melihat bagaimana brand lokal Indonesia menyusun siasat untuk memaksimalkan peluang pasar yang ada. Yang terpenting, bagaimana mereka melakukan hal tersebut tanpa kehilangan identitas brand yang sudah dibangun sejak lama.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan merancang lini produk entry level. Dua brand yang melakukan ini adalah TOTON dan SARE Studio. Menyambut 2021, Putri Andam Dewi, Co-Founder SARE Studio menjelaskan brand-nya kini tengah menyiapkan koleksi entry level dengan price point di bawah rerata harga koleksi SARE Studio.
Ia menjelaskan koleksi entry level ini nantinya akan menghadirkan piyama dengan desain yang lebih basic dan fokus pada sleepwear. Tidak seperti koleksi SARE Studio yang cenderung versatile dan bisa dikenakan untuk acara-acara kasual.
Penurunan daya beli ini menjadikan price point SARE Studio yang berada di kisaran Rp300-Rp500 ribu. Ini menjadi barrier tersendiri untuk mendapatkan customer baru. Atas alasan inilah, Andam menjelaskan SARE Studio memutuskan akan meluncurkan koleksi yang lebih terjangkau.
Namun, di saat yang bersamaan brand pemenang Fashion Force Awards 2020 ini juga bersiap untuk meluncurkan lini produk dengan price point yang lebih tinggi. “Kami menjalin hubungan yang cukup erat dengan customer. Benar-benar ngobrol dengan mereka dan kami melihat memang ada customer yang mau bayar lebih untuk produk yang lebih berkualitas dan layanan yang lebih lengkap,” jelas Andam.
Maka untuk memaksimalkan kedua peluang pasar tersebut, Andam dan Cempaka kini tengah menyiapkan produk untuk dua lini baru SARE Studio. Plus tambahan produk beyond loungewear untuk memenuhi kebutuhan customer. Positioning SARE Studio di bawah naungan wellness sejak awal memang membantu mereka membuat ekspansi produk di luar produk utama mereka.
“Anything with SARE brand will always be a wellness brand. The value is to cater for the user to have quality wellness. Supaya mereka mendapatkan holistic wellness dari produk kami,” jelas Cempaka
Perihal penurunan daya beli juga menjadi tantangan besar untuk high-end brand seperti TOTON. Hal itu membuat TOTON merambah busana-busana dengan siluet yang lebih rileks dan sederhana. “Itu juga kita sesuaikan price range-nya,” jelas Toton Januar, Co-Founder sekaligus Creative Director TOTON.
Namun, bagi TOTON, hal ini masih menjadi tantangan tersendiri. Situasi yang masih dinamis, membuat TOTON bergulat dengan selera dan kebutuhan customer. Meskipun ada beberapa item yang menjadi winning product, tetapi ada pula beberapa yang masih belum tepat sasaran.
Siasat yang lebih jitu bagi TOTON justru hadir lewat proyek-proyek kolaborasi bersama brand lokal, salah satunya koleksi Idul Fitri bersama IKYK dan kolaborasi bersama KOJO serta Papillon Marketplace.
Rangkaian kolaborasi tersebut, ditambah dengan perkembangan situasi pandemi yang kian menumbuhkan rasa optimistis, turut membantu TOTON memperbaiki kinerja bisnisnya. “Collaboration is definitely something we see in the future,” lanjut Toton. Ia menilai ini adalah salah satu cara TOTON menjangkau konsumen yang lebih luas, lebih muda, dan dengan latar yang lebih beragam.
Latest News