December 6, 2024
News
Sunday, 28 Nov 2021
Dari tahun ke tahun, Dewi Fashion Knights merupakan puncak pergelaran Jakarta Fashion Week. Tahun ini, panggung fashion nan magis ini kembali hadir untuk menampilkan mahakarya dari tiga desainer kenamaan Indonesia.
Ada BYO yang menghadirkan dunia-dunia baru nan futuristik lewat karya-karyanya. Kemudian Major Minor yang menciptakan karya seni praktikal lewat tiap helai pakaian yang diciptakan. Terakhir ada Tulola, desainer art jeweler asal Bali yang telah mengadaptasi keterampilan emas dan perak tradisional untuk konteks hari ini. Ketiganya merupakan creme de la creme dari pekan mode terbesar se-Asia Tenggara ini.
Bertualang di Dunia Baru BYO
BYO menciptakan dunia baru di panggung Dewi Fashion Knights. Jika biasanya menggunakan bahan PVC sebagai material utamanya, kali ini BYO mencoba hal baru dengan mengeksplorasi kulit-kulit perca yang diolah menjadi ragam aksesori tas.
Ini adalah sebuah langkah baru bagi BYO. Bukan hanya tempat menampilkan sebuah koleksi, panggung Dewi Fashion Knights ini juga menjadi saksi lahirnya lini baru dari BYO, Byo Logic. Nama ini dipilih karena lini baru tersebut merupakan sebuah langkah logis dalam pengembangan semesta BYO.
Langkah ini diambil Tommy Ambiyo, Creative Director BYO, sebagai respons atas masalah limbah fashion. Sementara di sisi lain, pandemi menghadapkan kita dengan krisis rantai suplai. Semua menjadi serba tak pasti.
Realita ini di benak Tommy kemudian menjelma menjadi distopia ketika sumber daya dan bahan material menjadi kian terbatas. Itulah yang menjadi ide awal dunia Byo Logic.
Dunia ini disusun dari kulit perca produsen tas dan sepatu kulit di area Bandung. Serpihan-serpihan kain itu kemudian disatukan dan diolah dengan sistem modular khas BYO menjadi sebuah tas yang praktikal dengan detail-detail intricate.
Pola geometris yang tercipta dari proses itu kemudian menginspirasi pengembangan pakaian yang melengkapi presentasi. Ini juga memengaruhi eksplorasi tema dunia Byo Logic yang tampil dengan kesan pixelated. Konsep ini dimanifestasikan semakin ciamik lewat kolaborasinya bersama NUSAE yang turut andil dalam penciptaan logo, animasi, hingga arahan kreatif dari presentasi Byo Logic.
Tahun ini menandakan kali kedua BYO hadir sebagai kesatria fashion pilihan Dewi Fashion Knights. Kesempatan ini datang di waktu yang tepat pula saat Tommy bersama BYO tengah melalui proses bangkit dan kembali berkarya setelah dua tahun terkungkung pandemi.
Karya Major Minor Dari Dalam Kuncup Bunga
Karya seni kembali menjadi inspirasi Major Minor dalam merancang koleksi teranyarnya untuk Dewi Fashion Knights. Kali ini, inspirasinya datang dari seri lukisan “Through the Flower” karya Judy Chicago.
Karya Judy Chicago sengaja dipilih karena kekhasannya dalam mengangkat isu perempuan lewat karya. Sejalan dengan itu, Major Minor juga turut mengangkat bunga sebagai simbol feminitas dan keperempuanan. Ketiga desainer Major Minor, Ari Seputra, Sari Seputra, dan Marsha Cicilia Novita menjelaskan bagaimana koleksi ini dirancang untuk merayakan perempuan lewat koleksi bertajuk “The Shape of Flower”.
Tantangannya kemudian adalah bagaimana tim desainer ini menggali detail bordir untuk menghasilkan koleksi dan pakaian yang lebih “kaya”. Pun proses kolaborasi mereka dengan para pengrajin bordir artisan serta ilustrator untuk memanifestasikan konsep yang ada di kepala mereka.
Toh hasilnya sepadan, lewat rangkaian koleksi dengan palet yang soft dan siluet yang begitu halus Major Minor menawarkan gaya baru bagi perempuan modern. Soft, feminin, sekaligus modern dan praktikal.
DFK 2021 merupakan panggung DFK yang kesekian bagi Major Minor. Namun, itu tidak lantas menyurutkan antusiasme trio desainer ini. Bagi brand yang kerap kali beroperasi untuk menghasilkan karya-karya ready-to-wear, keterlibatan di DFK adalah sebuah angin segar tersendiri. Sebab inilah saatnya mereka melakukan eksplorasi desain sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya. Sebagaimana yang Major Minor kerjakan untuk panggung Dewi Fashion Knights 2021.
Jiwa Penuh Sinar Tulola
Koleksi Tulola untuk panggung Dewi Fashion Knights diberi judul “Jiwa Penuh Sinar.” Adalah Happy Salma, Co-Founder Tulola, yang mencetuskan idenya. Tema ini merupakan representasi dari state of mind Tulola setelah melewati 2 tahun masa pandemi. Hari ini, Sri Luce-Rusna menjelaskan bagaimana brand yang ia bangun ini memiliki tujuan yang lebih dalam dan optimisme yang membuncah.
Perasaan-perasaan serta pengalaman-pengalaman hasil perenungan ketiga co-founder Tulola, Sri Luce-Rusna, Happy Salma, dan Franklin Franka, ini kemudian coba diterjemahkan dalam bentuk desain. ‘Gerak’ dan ‘arah’ adalah dua kata kuncinya. Sebab ketiganya merasa, pengalaman selama pandemi memaksa mereka untuk terus bergerak dan menentukan arah-arah baru bagi Tulola.
Maka garis-garis meliuk dipilih sebagai representasi alam pikiran dan rasa mereka. Garis-garis itu dibuat singular, bertumpuk, bahkan hadir secara subtil lewat detail bebungaan yang juga menjadi elemen utama koleksi “Jiwa Penuh Sinar.”
Warna-warna pastel dipilih sebagai palet yang melengkapi koleksi ini, memberikan kesan lembut, manis, dan grounded. Koleksi ini pun bersinar, bukan dengan terang yang membutakan, tetapi pancaran yang memberikan harap.
Tahun ini juga menandakan kali pertama Tulola ikut serta di panggung Dewi Fashion Knights. Antusiasme tentu saja mengisi hati Sri dan kedua koleganya. Apalagi panggung ini digelar di saat situasi pandemi sudah mulai mereda. In a way, koleksi ini menjadi semacam kado untuk menyambut masa yang baru. Begitu pun pergelaran Dewi Fashion Knights 2021 seperti menjadi awalan baru yang menyenangkan bagi Tulola dalam menyongsong dunia baru setelah pandemi.
Latest News