Bekerja dari rumah di masa PSBB tentu memberikan tantangan bagi para pelaku di industri kreatif. Tak terkecuali bagi Rinaldy Yunardi, desainer aksesori yang telah berkarya selama 25 tahun. Melalui sesi Instagram Live di akun @jfwofficial pada Minggu, 10 Mei 2020, Ko Yungyung, sapaan akrab salah satu juri Lomba Perancang Aksesori 2020, membagikan cara pandangnya mengenai kreativitas.
Menjalankan karantina di rumah saja, bagi Ko Yungyung, tampaknya bukan hal yang sulit dilakukan. Desainer satu ini mengakui memang lebih suka menghabiskan waktu sendiri saat mencari inspirasi. Selain itu, keterbatasan akses justru bisa memacu kreativitas untuk memanfaatkan barang-barang yang tersedia di rumah.
Dua bulan menjalani karantina di rumah, salah satu karya menarik yang dirancang oleh Ko Yungyung adalah tas hitam dengan sulaman yang membentuk hati. Menggunakan benang sulam dalam berbagai warna, Ko Yungyung ingin menunjukkan spirit kebersamaan, terutama dalam melewati masa sulit.
Semangat
upcycle dengan menggunakan barang-barang yang ada di rumah juga diangkat oleh JFW untuk Lomba Perancang Aksesori (LPA) 2020 lewat tema besar
Reform // Revive — menghidupkan kembali dengan makna berbeda. Layaknya Rinaldy Yunardi yang mampu menghasilkan tas hitam dengan sulaman dari benang-benang yang telah ia miliki di rumah dan sebuah
headpiece dari sapu ijuk, peserta LPA tahun ini ditantang untuk menghasilkan karya yang indah dan bernilai. Karya yang dibuat dapat berupa
custom atau
fashion jewellery dengan memanfaatkan benda-benda yang ada.
Seorang desainer harus memelihara kreativitas agar karya-karyanya tetap relevan dan berkarakter. Hal ini bisa didapatkan dengan terus bereksperimen dan berproses. Keselarasan pengalaman, pengetahuan, dan
passion pada akhirnya bisa menciptakan karya yang indah dan bermakna.
Tidak perlu khawatir jika Anda merasakan mati gaya saat berkarya. Bahkan, seorang Rinaldy Yunardi pernah mengalami mati gaya saat mengerjakan rancangan. Namun, diakuinya bahwa mati gaya tetap memiliki sisi baik, yaitu memaksa ia mencari sesuatu yang lain sehingga tidak monoton.
Dalam kompetisi, tak heran jika kesan pertama menjadi penilaian juri. Koleksi yang terlihat indah dengan detail yang rapi pasti akan menarik perhatian juri. Namun, orisinalitas suatu karya juga penting untuk dapat mengeluarkan keunikan maknanya.
Pada sesi Instagram Live ini, desainer yang menyukai
intricate style ini juga membagikan tips bagaimana seorang desainer bisa menyesuaikan idealisme dengan kebutuhan pasar. Menurutnya, dengan segmentasi yang ada, seorang desainer memang bisa menentukan sendiri segmen yang sesuai. Namun, desainer juga memerlukan kematangan diri untuk mencintai, mengerjakan, dan mengeksplorasi peluang yang ada.
Bagi Ko Yungyung, menjadi kreatif harus diasah dan diupayakan. Pada masa karantina seperti sekarang, mencari inspirasi dan mengumpulkan ide bukanlah hal yang mustahil. Ia meyakini benda sehari-hari yang ada di dekat kita dan mudah tersedia juga bisa diubah menjadi sebuah karya yang sederhana, tetap rapi dan bernilai. (Ellen Darcy)
Foto: Instagram @rinaldyyunardi, Instagram @ladygaga