Berawal dari keinginan memiliki tas batik yang unik, Novita Yunus berhasil mendirikan brand fashion yang mengangkat nama kain tradisional kebanggaan Indonesia. Ini dia cerita terwujudnya mimpi dari founder and creative director Batik Chic, Novita Yunus.
Situasi pandemi tidak menghalang kesibukan seorang Novita Yunus untuk tetap berkarya. Pada Hari Batik tanggal 2 Oktober lalu, Novita Yunus tetap kebanjiran proyek dari kliennya. Saat ini pun Novita sedang mempersiapkan show Batik Chic untuk tampil di runway Jakarta Fashion Week 2021 tanggal 26-29 November nanti.
Kesuksesan Batik Chic ini merupakan bukti terwujudnya mimpi besar dari Novita Yunus. Mimpi ini dimulai pada tahun 2009, di saat Novita yang merupakan pegawai bank ingin
resign dan memiliki pekerjaan yang lebih fleksibel. Sebelum
resign dari kantor lamanya, Novita yang penyuka tas ingin menghadiahkan dirinya sebuah tas
branded.
“Tapi kok, aku merasa sayang membeli tas branded yang harganya mahal hingga terpikirlah untuk membuat tas batik sendiri. Jadi aku desain serta sendiri bahan-bahan kain batiknya dan meminta
home industry kenalanku untuk menjahitnya,” cerita Novita.
Setelah tas batik itu selesai dibuat dan dibagikan fotonya di akun Facebook, ternyata banyak yang menyukai tas itu dan berniat membelinya. Novita pun melihat ini sebagai kesempatan yang bagus untuk memulai suatu usaha. “Karena tidak punya
background pengusaha fashion, aku belajar secara otodidak, mulai dari mencari bahan hingga tukang jahit. Akhirnya, tepat pada Desember 2009, Batik Chic pun berdiri,” jelas Novita.
Awalnya produk tas Batik Chic dipasarkan secara
online. Lalu beberapa bulan setelah berdiri, Novita mendirikan galeri kecil di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Setelah memiliki galeri ini, Novita bisa menangani
customer-nya secara langsung. “Aku sering berdiskusi dengan konsumen untuk tahu
feedback dan kebutuhan pribadi mereka,” aku Novita.
Treatment personal touch inilah yang membuat Novita sadar kalau kebutuhan
customer-nya ini bisa jadi kesempatan bagus untuk mengembangkan usahanya. “Karena pembeliku ternyata juga perlu pakaian, aksesoris, dan sepatu,” ujar Novita. Dari situ Batik Chic pun berkembang dengan tidak hanya menjual tas batik, melainkan juga
apparel, aksesoris, dan sepatu. “Jadi, galeri Batik Chic di Kemang seperti
one-stop shopping. Selesai belanja di sana, sudah langsung siap pergi ke pesta,” tambahnya.
Selain
personal touch, yang membuat produk Batik Chic disukai konsumennya adalah dapat mengeluarkan desain kain batik yang lebih modern dan
trendy. Novita mengatakan kalau kain atau wastra nusantara Indonesia banyak sekali yang bagus, hanya saja penampilannya terlihat berat dan kuno di mata konsumen usia muda. Sehingga Novita pun mendesain agar batik itu lebih terlihat kasual dan simple untuk dipakai. “Aku mainkan desainku dari segi warna,
style, bahan, hingga bordir agar kain batik dapat dikemas jadi produk yang keren di Batik Chic,” kata Novita.
Kejelian Novita dalam melihat kesempatan dan kreativitasnya yang tinggi ini juga yang membawa Batik Chic sampai ke dunia Internasional. Mulai dari memamerkan batik rancangannya di festival fashion, seni, dan budaya hingga tampil di acara fashion week. Semua dilakukan Novita dengan penuh kebanggaan.
“Aku selalu berusaha menggunakan kesempatan mempromosikan batik Indonesia di luar negeri semaksimal mungkin. Sehingga semua orang yang melihat karyaku akan sama kagum dan bangganya seperti saat mereka memakai kain tradisional Indonesia yang cantik dan indah.”
Cek cerita lengkap perjalanan Novita Yunus dan Batik Chic di Jakarta Fashion Week Podcast Episode 7 “Novita Yunus,
Dream Comes True” di
Spotify dan aplikasi Jakarta Fashion Week (tersedia di App Store dan Google Play).