Untuk menjadi seorang desainer, tidak cukup mengandalkan konsep idealis. Kita juga harus mau belajar agar berkembang. Salah satu caranya adalah mengikuti lomba yang akan menantang sisi kreativitas dan strategi bisnis kita.
Tahun ini, Lomba Perancang Aksesori (LPA) kembali menantang calon desainer aksesori Indonesia untuk mewujudkan tema Art Attack, yaitu eksplorasi keindahan seni menjadi rupa aksesori yang estetis sekaligus bisa menjadi fashion statement.
Dalam workshop LPA pada 28 Juni 2016 lalu di RSG Gedung Femina, Jakarta, Petty S. Fatimah, CCO Femina, mengajak peserta untuk mengikuti lomba. Workshop ini merupakan rangkaian road show ketiga setelah tim LPA mendatangi Binus Northumbria School of Design di fX, Jakarta, dan LaSalle College Jakarta di Sahid Office Boutique, Jakarta.
“LPA ingin mencari talenta baru di industri desain aksesori. Ini kesempatan berharga untuk menampilkan karya Anda di majalah dan panggung Jakarta Fashion Week, sekaligus mendukung perkembangan dunia mode Indonesia,” kata Petty, dalam sambutannya.
Novita Susanti, Pemenang III LPA 2014, yang juga menjadi pembicara workshop LPA, sudah membuktikan sendiri manfaatnya.
“Lomba ini langkah awal untuk belajar. Ikut suatu lomba bukan sekadar kalah atau menang. Saya pribadi mengikuti lomba sebagai ajang belajar, bertemu orang banyak, dapat link, dan pastinya membuat saya lebih termotivasi. Itu semua akan menjadi ilmu kita saat berbisnis dan hal tersebut tidak akan didapat kalau kita tidak mencoba,” ujar Novi, yang saat ini makin serius menjalankan bisnis aksesori THE THEME miliknya.
Ai Syarif, Creative Director Jakarta Fashion Week, juga berpesan, jika ingin mengikuti lomba, kita harus benar-benar memikirkan cerita di balik pembuatan suatu karya. “Harus ada sisipan visi dan misi. Dalam membuat suatu karya harus ada passion di dalamnya, ada filosofi. Itu yang akan dilihat oleh juri karena karya akan terasa lebih kaya.” Ai menegaskan.
Sementara Amanda Mitsuri, yang terpilih menjadi salah satu juri LPA 2016, juga mengingatkan bahwa semua orang punya modal untuk mengikuti sebuah lomba. “Sadar atau tidak, kita semua punya modal. Kita harus berani memberi tahu bahwa kita punya sesuatu yang istimewa dari sebuah karya,” ujar Amanda.