Lulu Lutfi Labibi, perancang Busana yang memilih untuk bertumbuh dan berkarya di kampung halaman Yogyakarta ini kerap menjadikan lurik sebagai busana siap pakai dengan teknik drapping yang moderen, berdaya pakai tinggi, dan meninggalkan cerita dalam setiap tema rancangannya. Filosofi Wabi Sabi selalu diterapkan dalam proses berkarya, yaitu teori tentang estetika keindahan pada suatu hal yang tidak sempurna. Beberapa judul koleksi yang membekas dari brand yang didirikan pada tahun 2011 ini adalah Jantung Hati, Perjalanan, Tirakat, Persimpangan, dan Tepian. Seolah seperti membagi tentang catatan harian dari sehelai kain yang diolahnya, justru pendekatan tema inilah yang menjadikan karya Lulu begitu dekat dan tidak berjarak.
Setelah mengikuti berbagai kompetisi desain, termasuk Lomba Perancang Mode (LPM) 2011, desainer yang bermukim di kota Yogyakarta ini semakin dikenal dengan desainnya yang mengusung lurik.
Kain tradisional yang diaplikasikannya lewat teknik drapping ini berhasil tampil modern dan terus populer, bahkan banyak dikenakan oleh public figure dari berbagai kalangan.
Untuk karya terbaru Dewi Fashion Knight ini, ada pendekatan yang berbeda dari sebelumnya. Literasi dan sastra menjadi pijakan dalam membangun narasi rancangan.Puisi dari Joko Pinurbo yang bercerita tentang sandang menjadi ruh dalam bertutur untuk menyampaikan sebuah pesan spiritual yang diterjemahkan dalam laku dan tindakan keseharian.