October 27, 2024
News
Wednesday, 23 Oct 2024
News
Wednesday, 23 Oct 2024
Salah satu misi besar Jakarta Fashion Week adalah mendukung dan menyediakan tempat berekspresi dan berkembang bagi para pelaku kreatif Indonesia. Salah satu program yang lahir dari komitmen ini adalah program Fashion Force Awards, sebuah ajang lomba dan penghargaan bagi sejumlah jenama lokal yang dinilai tengah berkembang pesat.
Tiap tahunnya Fashion Force Awards dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu pakaian siap pakai dan aksesori. Tiap kategori diikuti oleh empat jenama berbeda. Proses seleksi jenama dilakukan melalui kurasi tim Jakarta Fashion Week, lalu para jenama terpilih mengembangkan sebuah koleksi kecil khusus untuk ditampilkan di Jakarta Fashion Week di bawah bimbingan dari panel juri dan mentor.
Program Fashion Force Awards juga didukung oleh Istituto Marangoni sebagai salah satu sekolah desain terbaik di Milan, Italia. Selain itu dukungan terhadap program ini juga datang dari ISMAYA sebagai tuan rumah dari lokasi asesmen pertama dan kedua proses development koleksi para desainer dan Optik Seis melengkapi aksesori kacamata yang dikenakan oleh model ketika show Fashion Force.
Tahun ini terpilih total delapan jenama yang turut berpartisipasi yaitu tokodidiyo, Sassh, Othman, dan Hotel untuk pakaian siap pakai, serta Jewel by Bepe Atelier, PEAU, Egon, dan MTW untuk kategori aksesori.
Reimajinasi Konsep Maskulinitas dalam Ekspresi Desain Othman
Menjadikan menswear sebagai fokus utama, jenama Othman memiliki misi dan keinginan besar untuk menjadi jenama pakaian pria yang tidak hanya unik tetapi juga menjadi solusi kreatif bagi konsumennya yang ingin lebih mengekspresikan diri dengan tatanan busana rapi tanpa perlu berkompromi dengan sisi nyaman maskulinitasnya.
Co-founders Oby Reza dan Dimboy menyuguhkan sebuah koleksi khusus bertajuk Legacy Reimagined untuk panggung istimewa Fashion Force Awards 2024. Terdiri dari total lima busana yang turut dikenakan oleh influencer Dr. Tirta dan ditutup oleh ayah mertua dari owner Oby Reza sendiri yang telah sering menjadi muse bagi Othman.
Koleksi ini merupakan gabungan seni motif vintage klasik Eropa dengan potongan busana Japanese streetwear yang cenderung struktural, berlapis-lapis, dengan proporsi volume yang terukur. Kesungguhan Othman dalam menakar sebuah koleksi yang utuh terbaca jelas dari kesatuan visual latar, iringan suara dan narasi selama show, pemilihan muse, hingga tentunya, tiap langkah proses produksi mereka mulai dari pemilihan kain yang tepat, pengembangan motif, hingga padu padan desain yang tepat.
Misi Sustainabilitas Sassh yang Mencerminkan Relasi Cinta Diri dan Lingkungan
Mengadopsi prinsip desain sustainabilitas dengan metode produksi slow fashion, jenama Sassh membuktikan bahwa ramah lingkungan tetap bisa hadir penuh warna dan berjiwa muda. Dalam koleksi yang dikembangkan khusus untuk Fashion Force Awards 2024 berjudul Eternal Youth pemilik dan Creative Director Farah Sasradipoera menyampaikan sebuah lantun cinta tentang diri dan lingkungan dalam bentuk sebuah koleksi yang girly khas Sassh.
Material warm knit andalan Sassh kembali mengambil perhatian tengah dalam koleksi ini. Eksplorasi teknik baru kian memperkaya unsur desain seperti kuntum-kuntum bunga dari bahan rajut yang dijahit tangan dengan kehati-hatian, patchworking mosaik, serta tidak lupa aksen keriting obrasan yang tidak pernah ketinggalan dari artikel busana Sassh.
Koleksi ini didominasi oleh paduan palet warna pink, marun, dan kelabu dewasa. Kombinasi yang menjadi titik tengah antara usia muda dan matang. Gradasi generasi ini disampaikan melalui pemilihan dua muse, yaitu influencer Satine Zeneta dan Tina Rianti. Pesan utama Sassh bahwa keindahan seseorang adalah sesuatu yang tak lekang oleh waktu, begitu pun busana. Masa pakai yang terentang panjang dari sebuah busana memiliki relasi yang lebih selaras dengan alam serta keindahannya tersendiri.
Makna Kebebasan dalam Presentasi Sehari-hari Rancangan Jenama Hotel
Kenyamanan dan ekspresi kemandirian adalah dua pesan yang menggema jelas dalam barisan koleksi mini dari jenama Hotel besutan Kent Hadi dan Vincent So. Tujuan utama desain dari Hotel adalah artikel pakaian yang nyaman untuk sehari-hari namun tetap memberi karakter yang berani dan eksentrik. Artikel pakaian dari Hotel dapat menjadi titik mula bagi orang-orang yang tengah mengeksplorasi arah gaya berbusana mereka ke arah yang lebih modis.
Judul dan tema dari koleksi ini adalah FREEDOM atau kebebasan. Menekankan pada kebebasan berekspresi melalui busana sehari-hari. Koleksi ini didominasi dengan warna-warna yang relatif aman seperti kelabu, hitam dan biru jeans tetapi dibuat mencolok dengan aspek grafis baik print maupun teknik semat untai benang membentuk motif.
Desainnya cenderung modern dan memiliki garis-garis yang tegas. Permainan panelling yang menarik, utilisasi kantong-kantong statement, volume yang cenderung baggy dan nyaman merupakan esensi dari gaya busana city streetwear.
Baca juga: Crafted in Style: Wujud Kolaborasi Otomotif dan Mode Persembahan Mazda
Seni Berfantasi, Koleksi Chimera tokodidiyo Bagai Kisah Dongeng
Jenama womenswear tokodidiyo tidak pernah gagal dalam menciptakan desain yang cerah, kaya detail, feminin, dan memiliki aura fantasi. Koleksi bertajuk Chimera yang dibawa dalam ajang Fashion Force Awards 2024 mengangkat konsep cerita mistik makhluk chimera yang merupakan wujud hibrida dari beberapa mahkluk dalam banyak cerita-cerita mitologi.
Inspirasi hibrida yang dihadirkan adalah kombinasi imajinatif antara manusia dan hewan seperti tanduk rusa, tanduk domba jantang, kupu-kupu, serigala, dan masih banyak lagi. Model-model tampak seperti melangkah keluar dari lembaran buku dongeng langsung ke lajur runway fashion. Styling konseptual yang mengingatkan akan mutan-mutan dalam serial Sweet Tooth, dipadu dengan busana yang penuh renda, warna manis, dan siluet feminin.
Sebagai jenama yang juga mengangkat visi sustainabilitas, koleksi totodidiyo dibuat menggunakan bahan-bahan deadstock yang diolah dengan padu padan renda-renda, teknik patchwork, dan embellishments. Karena pilihan kain dan aplikasi creative fabric yang sudah cukup meriah, desain pakaian yang ditampilkan lebih mengetuk sisi kasual dengan kesan flowy cocok untuk sehari-hari.
Kilas Balik Konsep Desain Versatile Sepatu MTW
Jenama sepatu lokal yang dirintis oleh dua pasang sahabat, Shaza Hafediza dan Alyssa Ramadhani, mengikuti Fashion Force Awards tahun ini membawa koleksi sepatu yang jujur mengomunikasikan prinsip desain MTW, yaitu gaya dan kenyamanan sehari-hari.
Enam sepatu yang ditampilkan semua hadir dengan dua kemungkinan styling yang berbeda menggunakan fitur desain sabuk senada. Kehadiran sabut pada sepatu bukan hanya sebagai solusi modifikasi bentuk, tetapi juga sebagai referensi dari inspirasi model sepatu pada era 1820 saat model sepatu boots serta sol tinggi mulai diproduksi untuk mengakomodasi kenyamanan pemakai.
Material yang dimanfaatkan adalah kulit asli, kulit sintetis, serta suede dengan rangkaian warna yang dewasa dan pekat, memadukan tonal warna-warna hangat dan netral seperti krem dan burgundy-maroon. Desain yang klasik minimalis tapi memiliki kesan vintage menjadikan koleksi ini tepat untuk pilihan padu-padan pakaian fashionable masa kini.
EGON Melambung dalam Perjalanan Sarat Imajinasi
EGON mengajak seluruh audiens Fashion Force malam ini mengikuti sebuah perjalanan yang penuh imajinasi. Terinspirasi dari kultur traveling terutama via pesawat terbang, koleksi ini hadir dengan aspek menggelembung, ringan, dan puffy. Mengutamakan kenyamanan sambil tetap tampil menggemaskan.
Koleksi ini diberi judul “A Pleasant Excursion” menyatukan sedikit aura keganjilan yang unik dengan ketelitian desain introspektif. Koleksi ini mengedepankan warna unik EGON sebagai sebuah jenama tas. Teknik desain padded atau berisikan dakron, menggunakan material benang nylon, suede, dan jenis-jenis bahan yang empuk dan fuzzy.
Basis dari busana yang dikenakan para model berwarna krem lembut namun tas-tas EGON yang dikenakan hadir dengan warna menyala seperti hijau neon, biru langit, pink terang, dan ungu. Dibuat lebih lucu lagi dengan tambahan boneka-boneka empuk dan rajutan hiasan tas berbentuk hewan-hewan. Koleksi ini terasa seperti visualisasi sebuah perjalanan dari sudut pandang jernih anak kecil pada puncak kebahagiaannya.
Penghayatan yang Berani dari PEAU VERVE
Tidak setiap hari jenama lokal berani mengekspresikan keunikan jenama mereka dengan konsep yang sangat edgy dan bahkan sedikit risque. Koleksi bertajuk VERVE dari jenama tas PEAU menjadi penanda langkah baru bagi owner dan creative director Canesia Soekotjo untuk memperkenalkan aura yang lebih segar dan berani pada jenamanya.
Koleksi ini banyak menggunakan bahan leather yang tipis dan mengkilap menciptakan kesan futuristik yang kuat. Terasa seperti sebuah adegan dalam film sci-fi outlaws, tas-tas kulit anyam khas PEAU dibuat semakin menyala dengan aksen aksesori bola-bola silver dan aneka hardware yang berani. Warna tasnya hadir baik dalam colorway netral seperti putih dan hitam dan pilihan warna yang lebih mencolok seperti hijau terang dan biru muda menyala.
Tas-tas yang ditampilkan semua memiliki ciri khas dan karakter yang kuat. Dari segi desain, shoulder bag hadir dengan beragam jenis handle mulai dari yang dapat diatur ukurannya, yang dijepit di lengan, yang dapat dipegang sebagai clutch, dengan berbagai ukuran. Terdapat juga tas briefcase besar yang memiliki kesan vintage dipadukan dengan busana yang terinspirasi dari pakaian pilot jaman dahulu.
Alienasi Anggrek dan Showmanship dari Jenama Jewel By Bepe Atelier
Jenama Jewel By Bepe besutan desainer dan multi-faceted artist Adityo BP atau akrab disapa Bepe dikenal dengan karya aksesori dan proyek-proyek arahan kreatif yang beragam, menggunakan teknik yang juga variatif. Didirikan dan berbasis di Bandung, Bepe Atelier selalu mengutamakan craftsmanship dan perhatian khusus pada detail.
Koleksi kali ini diberi nama Flora Alien: The Modified Divinities hadir cukup berbeda dengan gaya desain Bepe Atelier yang biasa. Eksplorasi desain kali ini tidak dititikberatkan pada sisi realistis tapi menarik konsep yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, dalam koleksi ini adalah jenis flora anggrek, dan menjadikannya lebih liar melalui pendekatan alienasi.
Aksesori anggrek berukuran besar, anting, dan aneka perhiasan lainnya dibuat dengan teknik soft soldering dan mirror chrome memberikan tampilan menyala di runway. Konsep berasal dari planet lain ini semakin diperkuat dengan presentasi yang unik dan sedikit ganjil, dress body-shaping dari balutan PVC dan attitude jalan yang teatrikal.
Penganugerahan Titel Pemenang
Rangkaian show Fashion Force Awards 2024 luar biasa kaya talenta dan dipenuhi oleh delapan karakter berbeda yang sama kuat dan uniknya. Semua jenama telah mempersembahkan kreasi terbaiknya namun dalam sebuah ajang perlombaan, titel pemenang tetap harus dinobatkan.
Pemenang dari kedua kategori diumumkan oleh Andandika Surasetja selaku Creative Director Jakarta Fashion Week, dibantu dengan panelis Fashion Force Awards 2024 yang terdiri dari Lisa Malonda sebagai representatif dari Istituto Marangoni, Monica Esther dari Sonderlab, Cinthya Wirjono dari Brightspot, kreator konten Aquinaldo Adrian, dan artis serta entrepreneur Nagita Slavina.
Pemenang dari kategori The Most Innovative Ready To Wear 2024 jatuh kepada label Othman dengan prospek besarnya mewarnai skena mode menswear di Indonesia. Sementara itu, pemenang dari kategori The Most Innovative Accessories Label 2024 adalah PEAU yang siap mengembangkan jenamanya ke ranah yang lebih maju. Kedua pemenang mendapatkan hadiah kursus singkat dari Istituto Marangoni serta kacamata dari Optik Seis.
Dapatkan info terkini seputar pergelaran Jakarta Fashion Week 2025 di situs ini, juga bisa klik media sosial resmi Jakarta Fashion Week berikut ini: Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan Pinterest. (JFW)
Latest News