Kursi penonton di Fashion Tent Jakarta Fashion Week 2015 hari kelima, 5 November 2014, kembali begitu padat. Penyebabnya kali ini bukan karena show diisi oleh para desainer ternama, melainkan tak lain adalah para mahasiswa sekolah mode yaitu Abineri Ang Ateriler et Creature de Mode.
Mereka memang masih mahasiswa, tetapi minat akan karya adihulung tertuang hingga ke peragaan bagian ketiga sore hari. Sekitar lima macam koleksi dipamerkan oleh para siswi sekolah mode tersebut. Show pertama bertajuk âRecto Versoâ, menyajikan sebuah versi pemakaian busana. Seluruh koleksi yang dihasilkan memiliki dua fungsi, sehingga akan mampu menjauhkan rasa bosan dari pemakainya. Lantaran busana yang dikenakan bisa "berubah rupa" dan memberi kesan yang berbeda.
Sejarah Indonesia juga mendapatkan tempat di panggung ini. Kali itu hadir koleksi yang diangkat dari kisah kejayaan Kerajaan Majapahit. Christina Wu, desainer tersebut, percaya bahwa Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia. Sebagai kerajaan yang memiliki kuasa atas sebagian pulau besar di Indonesia, ia juga menjalin hubungan dengan negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
Christina melihat hal-hal penting yang diusung Majapahit pada zamannya. Salah satunya budaya keraton adihulung yang menjadi peninggalannya. Simbol keagungan tersebut tertuang dalam print pada kain yang dibentuk menjadi busana simpel siap pakai, seperti celana pendek, blus, hingga gaun mini.
Nuansa busana adihulung menjadi penutup manis dari rangkaian show Abineri Ang Atelier sore tadi. Barisan gaun panjang dengan detail ruffles, bordir, serta manik berpadu manis. Warna âwarna pastel yang diambil dari palet turquois, biru, hijau, dan merah muda menambah kesan manis pada busana. Sebuah koleksi yang menyisakan rasa kagum bila mengingat perancanganya masih menekuni ilmu di sebuah sekolah mode.