Juni lalu Biyan menyelenggarakan pagelaran busana bertajuk âPostcardâ di Hotel Mulia, Jakarta. Acara ini menandai 30 tahun sejak ia pertama kali meluncurkan lini utamanya di Indonesia. Pada tahun 2011, Biyan pernah tampil di panggung Jakarta Fashion Week 2012 bersama desainer papan atas dari kawasan Asia. Secara global Biyan hingga kini juga sudah membuktikan eksistensi dengan kehadiran koleksinya di butik papan atas di Paris, Bergdorf Goodman di New York, Joyce, Club21, Blake, Saks Fith Avenue Dubai hingga situs belanja online terkemuka Net-A-Porter.
30 tahun berkarya, bagi Biyan adalah sebuah refleksi dan kenangan, seperti yang diutarakan saat konferensi pers beberapa jam sebelum pagelaran busana dimulai. Biyan menceritakan dinamika perjalanan dan pengalamannya keliling Indonesia sejak kecil bersama keluarga yang membawa kenangan tersendiri. Refleksi itulah yang ingin disampaikan melalui koleksi tahun ini dalam suguhan yang semakin matang. Injeksi nafas Indonesia pun dihadirkan, namun seperti yang dijelaskan oleh Biyan, banyak cara lain untuk âtampil Indonesiaâ selain dengan cara mengenakan kain tradisional itu sendiri. Dan tahun ini interpretasi itu terwujud dalam rangkuman indah bak sebuah kartu pos.
Pengaruh budaya, sejarah, warisan, generasi dan energi selama tiga dekade diselaraskan dalam kesatuan rancangan yang modern dan anggun. Beberapa elemen esensial yang juga menjadi ciri khas Biyan selama ini tetap terlihat namun dalam suguhan tema visual yang baru. Pakaian adat pria dan wanita tempo dulu menjadi salah satu inspirasi utama, menjadi suatu komposisi persilangan antara siluet maskulin dengan spirit yang feminin. Seperti memadukan jaket dengan rok renda berhias mawar yang ditumpuk di atas celana, ataupun gaun tule feminin dengan celana pendek.
Perpaduan esensi busana Jawa dengan unsur seragam kolonial tampil androgini yang terasa gagah namun tetap cantik. Identitas jarik dan kebaya dieksplorasi melalui volume, siluet, serta perpaduan bahan dan corak sehingga terlihat begitu kaya dan segar. Permainan tumpuk menyerukan spirit urban dengan pendekatan lebih muda, effortless, namun tetap mempertahankan sisi romantis dan sophisticated.
Untuk pilihan material, Biyan tetap mengutamakan kenyamanan dalam daya pakai sebelum menuangkan eksplorasi sebagai nilai estetis. Bahan ringan seperti organza, tule dan sutra ringan membiarkan wanita mana pun bebas dan tidak takut untuk menampilkan keindahan kulit serta lekuk tubuhnya. Penggunaan bahan kain dipadukan dengan cara yang tidak biasa dan tidak tertebak, semisal kain transparan bermotif dipadu dengan sulaman dan ditabrak dengan renda, atau kain sutra bermotif cetak diaplikasikan dalam bentuk bordiran kain tule yang transparan. Dan tentu kehadiran aplikasi bebatuan dan ornamen yang dirangkai pada kain yang menjadi kekuatan serta ciri khas Biyan tetap hadir sebagai elemen kemewahan indah untuk menyempurnakan keseluruhan tampilan. (Rhino Madewa/Dewi. Foto: Hakim Satriyo & Rizhki Rezahdi)