Batik moden tidak bisa lepas dari nama Edward Hutabarat. Desainer yang kerap dipanggil Edo ini terus menjadikan batik sebagai ranah eksplorasi desainnya. Kali ini, di Jakarta Fashion Week 2014, Edo mengeksplorasi motif teragung dalam khzanah batik, yaitu Parang.
Edo menggambarkan 82 busana yang dihadirkan dengan simplicity, sexy, in quaity. Rancangannya didominasi baby doll dan blazer dengan detail renda, serta belt bermotif garis-garis atau kotak-kotak. Edo juga menghadirkan polkadot sebagai padanan batik. âSaya ingin menonjolkan kecantikan motif batik dengan memakai garis yang sederhana dan cutting yang tidak berlebihan,â ujar Edo.
Dalam rancangannya Edo juga memasukkan motif batik Solo, Yogya, hingga Cirebon dan Pekalongan. Menurut Edo, motif tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Warna batik Yogya dan Solo yang konvensional oleh Edo dipadukan dengan warna-warna cerah khas batik pesisir bermotif hewan. Hasilnya hadirlah busana-busana yang modern, yang menurut Edo sangat cocok dipakai pada musim semi di Paris, Milan atau New York.
Aksesoris seperti kalung, gelang dan anting memang absen dari rancangan Edo untuk second line-nya, Part One Edward Hutabarat, ini. Sebagi pengganti, Edo memasangkan busananya dengan kacamata trendy koleksi Optik Melawai.
Tahun ini show Edo didukung oleh majalah Dewi, majalah yang selalu berpikir global namun tetap mengikatkan diri pada nilai, norma, dan kearifan Indonesia. Semua hadirin yang menyaksikan fashion show Dewi Presents The Parang Edward Hutabarat sangat menikmati koleksi yang ditampilkan. Termasuk para selebritas yang hadir, seperti Becky Tumewu dan Titi DJ.
(Cesy Yulia/Cita Cinta)