Dalam sebuah workshop yang diadakan tim Jakarta Fashion Week (JFW) dan British Council, Sanjeev Davidson dari Centre for Fashion Enterprise (CFE) berbagi pengetahuan mengenai cara memosisikan
brand seorang desainer dan bagaimana âmenjualnyaâ.
âDari hal yang paling sederhana saja, apa yang Anda ingin hasilkan dari
brand Anda? Anda juga harus mengenali brand Anda dan kekuatannya. Anda harus punya ide yang jelas, karena kalau
brand Anda
go international, orang-orang akan menanyakan hal serupa,â jelas Sanjeev yang merupakan lulusan dari Universitas Edinburgh.
Desainer sebaiknya membedakan pengertian antara
brand dan label.
Brand lebih besar jangkauannya ketimbang label. Klien menidentifikasikan satu desainer dengan desainer lainnya dari brand yang ingin mereka beli. Tak sama dengan produk massal (seperti meja dan kursi),
brand memiliki karakter.
âApa yang membentuk
brand? Nilai, kualitas, USP (Unit Selling Proposition), penggemar, karakter, hingga kemasan. Anda juga harus memikirkan
brand image Anda, entah itu berupa
ad campaign atau desain toko. Bedakan juga antara
image dan identitas.
Image adalah hal yang sudah Anda dapatkan, sedangkan identitas adalah posisi yang Anda ingin capai,â ungkap Sanjeev lebih lanjut lagi.
Memperkuat
brand juga memerlukan strategi kuat agar lebih dicintai dan kliennya setia. Strategi menjangkau klien bisa menggunakan sampel gratis, kupon belanja,
newsletter, brosur, media, sponsor, hingga peragaan busana.
âJangan pernah menyerah terhadap
brand Anda. Usahakan tetap berpegang pada elemen kunci iniâkeingintahuan, semangat, keberanian,â ujarnya menutup workshop. Bersama Toby Meadows, Sanjeev Davidson dari Centre for Fashion Enterprise memandu workshop selama tiga hari untuk para desainer muda Indonesia. (CFE)