Jika berbicara tentang busana muslim, Anda pasti teringat dengan desainer Dian Pelangi. Beberapa tahun terakhir, wanita muda ini menjadi perbincangan hangat di beberapa media. Rancangannya kerap dijumpai di kalangan hijabers (pemakai hijab) dan gaya berbusananya ditiru.
âMungkin karena rancangan saya lebih ke fun, anak muda, colorful. Materi dan pengerjaan dibuat di Indonesia. Menurut saya, itu yang bikin beda dan membuat orang tertarik pada label kami,â jelasnya.
Sadar akan tingginya minat masyarakat Indonesia akan rancangannya, Dian mulai serius menangani bisnis keluarga ini. Tak hanya dalam negeri, Dian bahkan melakukan promosi hingga ke Paris, Kairo, Yordania, Mesir, Pakistan, hingga Australia.
âDi Paris, saya sangat diterima. Masyarakat di sana tertarik dengan busana muslim karena saya mengemasnya dengan bagus. Tak hanya kaum muslim saja yang memakai koleksi saya, mereka yang tak berkerudung juga menjadi konsumen,â terang Dian pada konferensi pers Jakarta Fashion Week di Kementrian Perdagangan, April lalu.
âSaya sadar brand Dian Pelangi masih ada kekurangannya, namun saya bersyukur ada Jakarta Fashion Week yang selalu mendukung kami. Jujur saja, brand Dian Pelangi âdidengarâ namanya karena saya bergabung dengan Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) yang mengajak saya ikut fashion show di Jakarta Fashion Week 2010 (November 2009),â lanjutnya.
Strategi Dian untuk menjadikan brand-nya menjangkau dunia internasional kini semakin tajam setelah mengikuti workshop awal Maret laluâhasil kerja sama Jakarta Fashion Week dan Centre of Fashion Enterprise (CFE).
âSetelah mengikuti workshop, wawasan saya jadi terbuka. Dulu saya tak mengerti tentang internationalizing brand. Awalnya, saya hanya berpikir untuk ikut pameran dan fashion show saja. Kini, usaha saya harus lebih dari itu. Saya ingin Dian Pelangi seperti Zara dan H&M,â ungkapnya.
(Nadya Paramitha/Grazia)