Telah 20 tahun lamanya Itang Yunasz mendalami dunia fashion. Namun, baru pada tahun 2000 lalu, desainer lulusan LPM 1981 ini memilih untuk menggeluti dunia busana muslim. Apa alasannya?
"Saya mencoba hadapi tantangan bahwa memakai busana muslim yang sesuai kaidah dan syariat bukan berarti tak bisa tampil fashionable," ujar desainer yang memiliki 4 label ini; Itang Yunasz untuk label ekslusif, Tatum untuk label busana muslim bagi wanita bekerja, Marrakech dengan desain anak muda berbahan kaus, dan Kamilaa.
Bermodal keyakinan dan pengetahuan fashion yang matang, ia pun menembus dunia busana muslim dengan 4 label tersebut. Ini adalah salah satu strategi agar segala lapisan masyarakat bisa menikmati baju muslim yang trendi, namun tetap sesuai kaidah seperti karya-karyanya. Selain menggugah kesadaran masyarakat Indonesia, desainer dengan karakter garis rancang feminin androgyny ini mulai menjangkau pasar busana muslim internasional! Selama 5 tahun, ia selalu berpartisipasi dalam Islamic Fashion Festival dan mengadakan peragaan busana dan pameran di Dubai, Monaco, London, dan Paris. Kerja keras ini mengantar Itang meraih Appreciation Award di tahun 2011 karena berhasil meningkatkan citra busana muslim Indonesia di Asia Tenggara.
Meskipun sedikit kecewa dengan apresiasi yang kurang dari dalam negeri, desainer yang memiliki gerai hampir di seluruh provinsi Indonesia ini tidak menurunkan standar dalam menerapkan visi bisnis busana muslim miliknya. Dalam 10 tahun mendatang, ia ingin bisa mendirikan toko yang
menjual busana ready-to-wear yang fashionable sekaligus sopan, lengkap dengan segala aksesorinya.
"Seperti Zara versi busana muslim," ujarnya. (Mira Monika/Tim Peliput Femina)