Semua berawal 3 tahun lalu-dari sebuah kaus sablon berwajah Barrack Obama, perkembangan bisnis Cotton Ink kini telah meningkat pesat! âDulu, kami hanya berjualan melalui situs blog, dan pembeli kami kebanyakan blogger, pengguna Facebook, dan anggota forum,â ungkap Ria Sarwono, salah satu pemilik label Cotton Ink.
Tidak lama setelah itu, tepatnya di bulan Februari 2009, Cotton Ink mulai mengembangkan produknya. Mereka menambah koleksiâpakaian wanita siap pakai, aksesoris, syal, hingga legging. âCarline Darjanto, partner saya, adalah lulusan LaSalle College. Kok rasanya kurang kalau belum merancang pakaian,â jelas Ria.
Dengan keikutsertaan Cotton Ink dalam Brightspot Market besutan Cynthia Wirjono dan Chris Kerrigan, nama mereka mulai dikenal. Syal khas Cotton Ink yaitu tubular shawl yang bisa dipakai dalam berbagai gaya, laku keras! âSaat itu, kita mulai mendapat pembeli offline. Namun, karena kami tetap melakukan promo melalui online, mereka pun mulai bergeser menjadi pembeli online kami. Strategi promo kita memang berbasis online. Selain kami besar di online, promo semacam ini biayanya murah,â lanjut Ria.
Kesuksesan Cotton Ink diikuti dengan diluncurkannya website personal di tahun 2010, tak lagi menumpang situs blogspot.com. Tahun 2010 juga merupakan tahun penuh penghargaan bagi Cotton InkâMost Favorite Brand di Brightspot Market, The Most Innovative Brand di Cleo Fashion Award, dan Best Local Brand dari Free Magazine. âDengan mengenali pasar yang tepat, segmennya juga tepat,â katanya lebih lanjut.
Perolehan ini bukan tanpa kerja keras dan waktu yang singkat. âKami sadar sekali kalau manajemen waktu kami belum begitu baik, padahal hal itu penting dalam bisnis ini. Percaya atau tidak, kami cuma punya sample room dan untuk urusan produksi kami menyerahkannya ke pihak lain. Kalau usaha kita kecil, pilihan terbaik memang memiliki virtual industry terlebih dahulu seperti ini,â papar Carline.
Menjadi berbeda dan menciptakan terobosan adalah dasar yang selalu dipijak Cotton Ink. âBisnis online memang menjanjikan sekali. Lihat saja, banyak sekali kan online store di Indonesia. Namun, kebanyakan dari mereka hanyalah reseller bukan desainer. Jangan samakan kedua hal itu, levelnya saja sudah berbeda. Untuk menonjol dan bisa dilihat orang, penting untuk menjadi sesuatu yang berbeda,â kata Carline.