Sejak diselenggarakan tahun 1979, Lomba Perancang Mode Femina Group (LPM) telah menghasilkan lulusan yang kini berbicara banyak di industri mode Indonesia. Sebuah pengalaman yang sayang untuk dilewatkan dan mengubah perjalanan hidup merekaâ¦
Billy Tjong (Juara Favorit LPM 2005)Kesempatan masuk di âlingkaranâ fashion Indonesia. Itulah motivasi Billy Tjong ketika mengikuti LPM.
âAwalnya saya memang senang ikut lomba, karena berharap akan banyak manfaat yang bisa didapat. Dan ternyata memang banyak,â kenang Billy.
Sebagai lulusan LPM, Billy tak dijanjikan gelar belaka. Ada kelanjutan dan kesinambungan setelah lomba berakhir. Tiap kali Billy meluncurkan karya baru, selalu dibantu untuk publikasi. Koleksi Billy yang beragam, dari casual dress hingga wedding dress, pernah dimuat dalam beberapa majalah.
âSaya merasa lebih berkembangâkalau dilihat lagi, gaya rancang saya sudah berubah dari enam tahun lalu. Sama seperti fashion yang dinamis. Sekarang saya sedang mengembangkan beberapa label dengan harga lebih terjangkau. Saya juga lagi senang dengan bahan bertumpuk-tumpuk dan pola-pola dekonstruktif, airbrush, dan lagi coba print,â kata Billy.
âLPM itu beda. Reputasinya sudah panjang, sudah sejak lama juga diadakan, dan bisa kita lihat dukungannya terhadap perkembangan mode Indonesia.â
Zacky Gaficky (Juara 2 LPM 2007) Setelah show terakhirnya bersama Mazda di Jakarta Fashion Week 2010/2011, apa yang kini dilakukan Zacky Gaficky? Diam-diam, dia sedang mempersiapkan label sendiri!
âTapi saya masih harus mengasah sense of business dulu,â ujar Zacky.
Untuk niatnya itu, Zacky memilih bergabung dengan industri pakaian lokal. Dia membantu merancang pakaian batik yang ditujukan untuk mass market. Tawaran seperti ini memang sudah datang beberapa kali. Pilihannya kali ini sesuai cintanya terhadap kain khas Indonesia.
âSenang untuk yang ini, karena bantu industri tanah air. Materialnya pun batik, saya tambah senang. Walau untuk mass market, tetap ada ciri khas saya, tapi lebih soft,â jelas Zacky.
âKarena ikut LPM dan JFW, saya jadi lebih tahu kemampuan diri. Lomba itu sebenarnya lebih ke tolok ukur kemampuan. Sejauh mana rancangan kita diterima masyarakat Indonesia. Dari sini, kita bisa tahu selera pasar seperti apa. Apa yang mereka suka, dan apa yang mereka tidak suka.â
Vinora Ng (Juara 1 LPM 2009) Di Jakarta Fashion Week 2009/2010, finalis Lomba Perancang Mode 2009 diberi tantangan mengeksplorasi kain Nusantara selain batik. Vinora Ng mengolah kain tenun Sulawesi Utara dengan rancangan dan teknik aplikasi yang indah tapi simpel.
Juara pertama LPM pun disabetnya , sekaligus hadiah uang tunai dan beasiswa selama tiga bulan di Fashion Institute of Design & Merchandising di Los Angeles.
âPengalaman yang luar biasa! Tak pernah terpikir bisa sampai tahap itu,â kenang gadis 22 tahun ini.
Lulus dari LPM membuatnya lebih mantap menuju jenjang yang lebih profesional. Dia berambisi meluncurkan lini modenya sendiri serta mengangkat rancangan dan motif tradisional.
âSupaya publik internasional lebih mengenal kain kita. Saya juga ingin menciptakan gaya modern untuk kebaya,â kata Vinora, yang kini sibuk dengan berbagai proyek mode.